Keesokan
harinya…
Ketika aku
ingin terbangun untuk mengambil wudhu, kepalaku pusing, rahimku sakit sekali..
aku mengalami pendarahan dan suamiku kaget bukan main, ia langsung
menggendongku.
Aku pun
dilarikan ke rumah sakit..
Dari
kejauhan aku mendengar suara zikir suamiku..
Aku
merasakan tanganku basah..
Ketika
kubuka mata ini, kulihat wajah suamiku penuh dengan rasa kekhawatiran.
Ia
menggenggam tanganku dengan erat.. Dan mengatakan, ”Bunda, Ayah minta maaf…”
Berkali-kali
ia mengucapkan hal itu. Dalam hatiku, apa ia tahu apa yang terjadi padaku?
Aku
berkata dengan suara yang lirih, ”Yah, bunda ingin pulang.. bunda ingin bertemu
kedua orang tua bunda, anterin bunda kesana ya, Yah..”
“Ayah
jangan berubah lagi ya! Janji ya, Yah… !!! Bunda sayang banget sama Ayah.”
Tiba-tiba
saja kakiku sakit sangat sakit, sakitnya semakin keatas, kakiku sudah tak bisa
bergerak lagi.. aku tak kuat lagi
memegang
tangan suamiku. Kulihat wajahnya yang tampan, berlinang air mata.
Sebelum
mata ini tertutup, kulafazkan kalimat syahadat dan ditutup dengan kalimat
tahlil.
Aku
bahagia melihat suamiku punya pengganti diriku..
Aku
bahagia selalu melayaninya dalam suka dan duka..
Menemaninya
dalam ketika ia mengalami kesulitan dari kami pacaran sampai kami menikah.
Aku
bahagia bersuamikan dia. Dia adalah nafasku.
Untuk Ibu
mertuaku : “Maafkan aku telah hadir didalam kehidupan anakmu sampai aku hidup
didalam hati anakmu, ketahuilah Ma.. dari dulu aku selalu berdo’a agar Mama
merestui hubungan kami. Mengapa engkau fitnah diriku didepan suamiku, apa
engkau punya buktinya Ma? Mengapa engkau sangat cemburu padaku Ma? Fikri tetap
milikmu Ma, aku tak pernah menyuruhnya untuk durhaka kepadamu, dari dulu aku
selalu mengerti apa yang kamu inginkan dari anakmu, tapi mengapa kau benci
diriku. Dengan Desi kau sangat baik tetapi denganku menantumu kau bersikap
sebaliknya.”
***
Setelah ku
buka laptop, kubaca curhatan istriku.
=====================================================
Ayah,
mengapa keluargamu sangat membenciku?
Aku dihina
oleh mereka ayah.
Mengapa
mereka bisa baik terhadapku pada saat ada dirimu?
Pernah
suatu ketika aku bertemu Dian di jalan, aku menegurnya karena dia adik iparku
tapi aku disambut dengan wajah ketidaksukaannya. Sangat terlihat Ayah..
Tapi
ketika engkau bersamaku, Dian sangat baik, sangat manis dan ia memanggilku
dengan panggilan yang sangat menghormatiku. Mengapa seperti itu ayah?
Aku tak
bisa berbicara tentang ini padamu, karena aku tahu kamu pasti membela adikmu,
tak ada gunanya Yah..
Aku diusir
dari rumah sakit.
Aku tak
boleh merawat suamiku.
Aku
cemburu pada Desi yang sangat akrab dengan mertuaku.
Tiap hari
ia datang ke rumah sakit bersama mertuaku.
Aku sangat
marah..
Jika aku
membicarakan hal ini pada suamiku, ia akan pasti membela Desi dan
ibunya..
Aku tak
mau sakit hati lagi.
Ya Allah
kuatkan aku, maafkan aku..
Engkau
Maha Adil..
Berilah
keadilan ini padaku, Ya Allah..
Ayah sudah
berubah, ayah sudah tak sayang lagi pada ku..
Aku
berusaha untuk mandiri ayah, aku tak akan bermanja-manja lagi padamu..
Aku kuat
ayah dalam kesakitan ini..
Lihatlah
ayah, aku kuat walaupun penyakit kanker ini terus menyerangku..
Aku bisa
melakukan ini semua sendiri ayah..
Besok
suamiku akan menikah dengan perempuan itu.
Perempuan
yang aku benci, yang aku cemburui.
Tapi aku
tak boleh egois, ini untuk kebahagian keluarga suamiku.
Aku harus
sadar diri.
Ayah,
sebenarnya aku tak mau diduakan olehmu.
Mengapa
harus Desi yang menjadi sahabatku?
Ayah.. aku
masih tak rela.
Tapi aku
harus ikhlas menerimanya.
Pagi nanti
suamiku melangsungkan pernikahan keduanya.
Semoga
saja aku masih punya waktu untuk melihatnya tersenyum untukku.
Aku ingin
sekali merasakan kasih sayangnya yang terakhir.
Sebelum
ajal ini menjemputku.
Ayah.. aku
kangen ayah..
=====================================================
Dan kini
aku telah membawamu ke orang tuamu, Bunda..
Aku akan
mengunjungimu sebulan sekali bersama Desi di Pulau Kayu ini.
Aku akan
selalu membawakanmu bunga mawar yang berwana pink yang mencerminkan keceriaan
hatimu yang sakit tertusuk duri.
Bunda
tetap cantik, selalu tersenyum disaat tidur.
Bunda akan
selalu hidup dihati ayah.
Bunda..
Desi tak sepertimu, yang tidak pernah marah..
Desi
sangat berbeda denganmu, ia tak pernah membersihkan telingaku, rambutku tak
pernah di creambathnya, kakiku pun tak pernah dicucinya.
Ayah
menyesal telah menelantarkanmu selama 2 tahun, kamu sakit pun aku tak perduli,
hidup dalam kesendirianmu..
Seandainya
Ayah tak menelantarkan Bunda, mungkin ayah masih bisa tidur dengan belaian
tangan Bunda yang halus.
Sekarang
Ayah sadar, bahwa ayah sangat membutuhkan bunda..
Bunda,
kamu wanita yang paling tegar yang pernah kutemui.
Aku
menyesal telah asik dalam ke-egoanku..
Bunda..
maafkan aku.. Bunda tidur tetap manis. Senyum manjamu terlihat di tidurmu yang
panjang.
Maafkan
aku, tak bisa bersikap adil dan membahagiakanmu, aku selalu meng-iyakan apa
kata ibuku, karena aku takut menjadi anak durhaka. Maafkan aku ketika kau di
fitnah oleh keluargaku, aku percaya begitu saja.
Apakah
Bunda akan mendapat pengganti ayah di surga sana?
Apakah
Bunda tetap menanti ayah disana? Tetap setia dialam sana?
Tunggulah
Ayah disana Bunda..
Bisakan?
Seperti Bunda menunggu ayah di sini.. Aku mohon..
Ayah
Sayang Bunda..
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar