Sabtu, 22 Juni 2013
Kepada Si(Apa) Kita Jatuh Cinta?
Judul di atas sengaja gue bikin begitu, yang kalau dijabarin maksudnya adalah
‘Kita jatuh cinta kepada siapa, atau kepada apa sih sebenarnya?’
Hm.. Ngomonginnya cinta. Dari dulu juga ga selesai-selesai. Teknologi makin ke sini makin canggih dan sudah berhasil menyederhanakan berbagai tugas manusia, kecuali tugas manusia soal cinta. Untuk yang satu itu masih juga belum sederhana.
Ngomong-ngomong nih ya soal perkara jatuh cintanya manusia (Cinta di sini yang gue maksud kepada pasangan ya, atau calon pasangan deh, atau orang yang diharapkan jadi pasangan tapi dianya ga nyadar-nyadar juga gapapa deh), berdasarkan apa yang gue perhatiin, dan rasain sih (pffft), kayaknya ga semua orang deh cukup beruntung untuk benar-benar jatuh cinta karena dia memang jatuh cinta. Kok jadi ribet ya.
Langsung aja kali ya ke maksudnya apa.
Ada orang yang jatuh cinta karena mencari jalan keluar. Udah lama jomblo, kesepian, dan yaaa siapa sih di dunia ini yang mau kesepian, kemudian orang ini datang, memberikan solusi atas rasa sepi lo. Yaudah deh. Kita jatuh cinta kepada kesepian kita yang akhirnya selesai, bukan kepada orangnya.
Ada orang yang jatuh cinta karena ‘emang-udah-waktunya’. Mungkin ini akan banyak terjadi ke orang-orang yang memasuki usia nikah kali ya, temen-temen udah pada berkeluarga, bahkan ada yang udah hamil anak ke dua, diri sendiri masih single. Ada orang yang keliatannya cocok dan ‘menjanjikan’, ya kenapa enggak? Kita jatuh cinta kepada jadwal, bukan kepada orangnya.
Ada juga yang jatuh cinta karena pesona. Misalnya, dokter masih muda, udah ambil spesialisasi, kemudian wajahnya kebetulan ganteng, badannya ya sedeng deh, dan sayang sama mamanya. Terus gue tanya, cewe mana siapa yang ga mau coba? Atau kalo cewe (biar adil), muka cantik, badan pas, kerja di bidang creative untuk majalah fashion ibukota, yang bisa dipastikan dia modis dan up-to-date sama hal yang begitu-begitu, orangnya ga ribet dan cerewet, dan jago masak. Cowo mana yang mau nolak? Kita jatuh cinta kepada bayang-bayang kita terhadap pasangan yang sempurna, bukan orangnya.
Ada juga yang jatuh cinta karena obat. Jadian udah 6 tahun, keluarga pacar udah kayak keluarga sendiri, udah curhat-curhat lucu sama mamanya, udah nemenin papanya ke bengkel, udah nyalon bareng sama adeknya (atau kalo cowo ya udah main futsal sama adeknya cewenya), eh putus. Terus ada orang yang kita pikir bisa menjadi obat atas sakit yang kita rasa. Jadi kita jatuh cinta karena kesembuhan yang kita rasain, bukan dengan orangnya.
Jadi ya gitu, yang gue bilang di awal, ga semua orang cukup beruntung untuk benar-benar jatuh cinta kepada orang lain, kepada siapa, bukan kepada apa. Hmm…
Gue sendiri gimana ya.
By : @flauntleroy
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar