Senin, 25 November 2013

Pengaruh TransJakarta terhadap Kemacetan di Ibu Kota



 Transjakarta, keberadaan alat transportasi Jakarta ini dibangun sejak tahun 2004 lalu bertujuan awal untuk memudahkan dan membuat nyaman masyarakat saat menggunakan alat transportasi di Jakarta namun,  apabila di lihat dari pembangunan jalan yg digunakan untuk beroperasinya ,jalur transjakarta tersebut  hampir mengambil tiga perempat bagian dari luasnya jalan utama, hal ini  membuat jalan utama menjadi lebih sempit, sehingga perbandingan luasnya jalan dengan volume kendaraan yang ada sangat berbanding terbalik.
Semenjak Transjakarta tersebut beroperasi , pada saat itu pula diberlakukan nya peraturan daerah yang mengatur tentang larangan kepada kendaraan lain selain Transjakarta untuk melintas di jalur tersebut. Namun pada nyata nya peraturan tersebut hanya sekedar aturan yang lemah pelaksanaanya. 

Pelanggaran yang terjadi selama ini, kembali lagi didasari atas sempit nya jalan yang dapat dilalui pengendara lain dan banyaknya volume kendaraan yang ada sehingga menimbulkan kemacetan , timbulnya kemacetan tersebut muncul lah dari sisi psikologi pengendara lain yaitu ingin menggunakan atau masuk kedalam jalur Transjakarta yang terlihat lebih kosong, selain itu pula tidak ada nya sanksi yang berarti apabila pengendara lain menggunakan jalur Transjakarta, sehingga mereka dengan leluasa dan santai untuk masuk ke jalur tersebut. Lalu, apakah benar adanya Transjakarta dan jalurnya  membuat kemacetan di Ibukota semakin bertambah ?

Beberapa hari yang lalu pemerintah DKI Jakarta mengeluarkan peraturan tentang sterilisasi jalur Transjakarta yaitu adanya sanski denda atau tilang bagi pengendara lain yang menggunakan atau masuk ke dalam jalur transjakarta, denda nya pun tak main – main yakni untuk kendaraan roda dua adalah sebesar lima ratus ribu rupiah dan sedangkan untuk kendaraan roda empat sebesar 1 juta rupiah. Peraturan ini mulai diberlakukan pada Jum’at  1 November 2013. Penerapan sanksi tersebut tentu bertujuan baik agar laju Transjakarta lancar, tak terhalang lalu – lalang kendaraan lainnya yang menyerobot jalur angkutan massal tersebut. Dengan adanya penerapan sterilisasi jalur Transjakarta ini, ada yang menyambut nya dengan baik dan juga ada yang menentang. Mereka yang menyambut baik, adalah masyarakat umum yang menggunakan alat transportasi Transjakarta, mereka merasakan kelancaran perjalanan mereka belakangan hari ini sedangkan berbanding terbalik dengan ketidaknyamanan mereka yang menggunakan kendaraan pribadi atas keadaan lalu lintas di Ibukota. Lalu adakah solusi yang yang bisa menyelesaikan masalah ini?

Menurut  pandangan dan pendapat saya adalah adanya masalah peningkatan kemacetan yang terjadi akibat penerapan sistem pensterilan jalur Transjakarta ini adalah seperti suatu perang psikologi antara pihak pemerintah dan masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi. Jika melihat tujuan awal dari adanya Transjakarta ini adalah  mengurangi kemacetan , dengan mengajak atau memindahkan masyarakat untuk menggunakan alat transportasi umum (Transjakarta) dibandingkan dengan menggunakan kendaraan pribadi, namun hal tersebut juga dibarengi dengan adanya serangan penjualan mobil murah dimana masyarakat dengan mudah memiliki kendaraan pribadi. Hal tersebut menambah banyaknya volume kendaraan yang ada. Dengan penerapan sterilisasi jalur Transjakarta membuat masyarakat yang berkendara merasakan stress atau jenuh  berlama – lama dengan kemacetan yang terjadi sehingga diharapkan masyarakat mengubah pola pikir untuk pindah ke transportasi masal yang bisa lebih cepat, hemat, dan nyaman.

Selain dari pola pikir masyarakat yang dirubah, tentu alat transportasi masal  tersebut juga harus memperbaiki citranya sebagai transportasi yang dapat diandalkan (cepat,hemat,dan nyaman) . Perbaikan  yang bisa dilakukan adalah dengan menambah armada bus sehingga selang waktu antara armada tidak terlalu lama sehingga tidak mengakibatkan jalur Transjakarta menjadi kosong yang dapat mendorong pengendara lain untuk menggunakan jalur Transjakarta , disamping itu banyak nya armada juga bertujuan untuk siap menampung penumpang  Transjakarta.

Hal kedua yang dapat dilakukan adalah memperluas jangkauan perjalanan Transjakarta agar masyarakat dapat dengan mudah menggunakan transportasi Transjakarta tersebut, dikarenakan selama ini banyak masyarakat yang tidak mau menggunakan Transjakarta karena tidak mencakup dengan tujuan perjalanan mereka. 

Selanjutnya yaitu dengan mengubah sistem perjalanan busway dengan cara melawan arah dengan kendaraan selain Transjakarta, hal tersebut bisa dilakukan agar memberi pelajaran kepada masyarakat lewat psikologis atau mental mereka yang takut untuk masuk atau menggunakan jalur Transjakarta yang dapat membahayakan diri mereka sendiri. 

Hal diatas adalah beberapa solusi menurut saya yang bisa dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat untuk pindah menggunakan alat transportasi masal (Transjakarta). Pada dasarnya malsah kemacetan yang terjadi di Ibukota Jakarta ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh keberadaan Transjakarta dan jalurnya. Namun berbagai alasan lain nya yaitu seperti alat transportasi masal lain selain Transjakarta seperti Kopaja dan Metromini yang harus segera diremajakan dan dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman, dengan sistem menaik dan menurunkan penumpang di halte agar mengundang masyarakat mau untuk menggunakannya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kecepatan kendaraan pun sangat mengakibatkan kemacetan, kecepatan yang telah diberlakukan adan 20 – 40 km/ jam. Apabila kecepatan setiap kendaraan masih kurang lebih sama maka tidak akan adanya penumpukan kendaraan dan juga ketidakteraturan lalulintas.

Kembali lagi kepada masalah Transjakarta, adanya kebijakan pensterilan jalur Transjakarta dapat di sambut dengan baik namun hal tersebut harus dibarengi dengan pelaksanaan yang baik dan benar juga.Jangan dengan adanya penerapaan ini justru menguntungkan salah satu pihak dan merugikan banyak pihak. Karena aturan – aturan tersebut bukan hanya sekedar aturan namun juga harus dilaksanakan.

Selasa, 22 Oktober 2013

Penalaran Deduktif


Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Dengan kata lain penalaran adalah suatu hubungan data – data atau fakta menjadi suatu simpulan. Penalaran terdiri dari dua jenis yaitu Penalaran deduktif dan Penalaran Induktif .Disini saya aka nmenjelaskan lebih khusus mengenai penalaran deduktif. 

PenalaranDeduktif

Penalaran Deduktif adalah suatu hubungan data – data yang  sifat penerepan bersifat umum yang dihubungkan menjadi suatu simpulan atau  fakta yang khusus.
Contoh penalaran deduktif :
Premis1  :Setiap mamalia pasti menyusui
Premis2  :Semua kucing adalah mamalia
Simpulan :Semua kucing pasti menyusui

Penalaran Deduktif memiliki berbagai jenis yang terdiridari:

Silogisme
Silogisme adalah suatu proses penalaran untuk menarik simpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposi (premis) dan sebuah konklusi (simpulan) .Bila dilihat dari bentuknya silogis mememiliki beberapa jenis

a.      Silogisme Kategorial
Silogisme Kategorial adalah silogisme yang terjadi dari tiga proposisi
Premis umum      :Premis Mayor (My)
Premis khusus     :Premis Minor (Mn)
Premis simpulan :Premissimpulan (K)
Contoh :
Semua vegetarian hanya makan sayur (My)
Putri hanya makan sayur (Mn)
Jadi, Putri adalah vegetarian

a.      SilogismeHipotesis
Silogisme hipotesis adalah argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik,sedangkan premis minornya adalah proposisi. Ada 4 (empat) macam tipe silogisme hipotetik
 
Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent, seperti :
Jika hujan saya memakai payung
Sekarang hujan
Jadi, saya memakai payung

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian konsekwensinya, seperti :
Jika musim gugur,daun - daun akan berguguran
Sekarang daun-daun telah berguguran
Jadi, musim telah datang

Silogisme hipotetik yang premis minorny amengingkari antecedent, seperti :
Jika saya pulang larut malam, maka ibu akan memarahi saya
Saya tidak pulang larut malam
Jadi, ibu tidak akan memarahi saya

Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekwensinya, seperti :
Jika adik terjatuh, maka adik akan menangis
Adik tidak menangis
 Jadi, adik tidak terjatuh.

a.      Silogisme Disjungtif
Silogisme Disjungtif adalah silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjugtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternative yang premis mayor.Silogisme disjungtif dibedakan dalam artian sempit dan dalam artian luas.

Silogisme disjungtif dalam artian sempit
Silogisme disjungtif dalam artian sempit berarti mayornya mempunyai alternatif kontradiktif, seperti:

                    Hendra jujur atau berbohong (premis1)
                    Ternyata Hendra jujur (premis2)
                    Ia tidak berbohong (konklusi)

Silogisme disjungtif dalam artian luas
Silogisme disjungtif dalam artian luas berarti mayornya mempunyai alternative bukan kontradiktif, seperti :
                    Ibu dirumah ataudi pasar(premis1)
                    Ternyata ibu tidak dirumah(premis2)
                     Ibu dipasar (konklusi)
 
a.      ENTIMEN
Entimen adalah silogisme yang diperpendek. Entimen tidak perlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya,
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari – hari, baik dalam tulisan maupun lisan.

Contoh :
Menipu merugikan orang lain (Mn)
Menipu adalahdosa (K)

Narasumber  
 http:// girlycious09.wordpress.com