Transjakarta, keberadaan alat transportasi
Jakarta ini dibangun sejak tahun 2004 lalu bertujuan awal untuk memudahkan dan
membuat nyaman masyarakat saat menggunakan alat transportasi di Jakarta namun, apabila di lihat dari pembangunan jalan yg
digunakan untuk beroperasinya ,jalur transjakarta tersebut hampir mengambil tiga perempat bagian dari luasnya
jalan utama, hal ini membuat jalan utama
menjadi lebih sempit, sehingga perbandingan luasnya jalan dengan volume
kendaraan yang ada sangat berbanding terbalik.
Semenjak Transjakarta tersebut
beroperasi , pada saat itu pula diberlakukan nya peraturan daerah yang mengatur
tentang larangan kepada kendaraan lain selain Transjakarta untuk melintas di
jalur tersebut. Namun pada nyata nya peraturan tersebut hanya sekedar aturan
yang lemah pelaksanaanya.
Pelanggaran yang terjadi selama ini,
kembali lagi didasari atas sempit nya jalan yang dapat dilalui pengendara lain
dan banyaknya volume kendaraan yang ada sehingga menimbulkan kemacetan ,
timbulnya kemacetan tersebut muncul lah dari sisi psikologi pengendara lain yaitu
ingin menggunakan atau masuk kedalam jalur Transjakarta yang terlihat lebih
kosong, selain itu pula tidak ada nya sanksi yang berarti apabila pengendara
lain menggunakan jalur Transjakarta, sehingga mereka dengan leluasa dan santai
untuk masuk ke jalur tersebut. Lalu, apakah benar adanya Transjakarta dan
jalurnya membuat kemacetan di Ibukota
semakin bertambah ?
Beberapa hari yang lalu pemerintah
DKI Jakarta mengeluarkan peraturan tentang sterilisasi jalur Transjakarta yaitu
adanya sanski denda atau tilang bagi pengendara lain yang menggunakan atau
masuk ke dalam jalur transjakarta, denda nya pun tak main – main yakni untuk
kendaraan roda dua adalah sebesar lima ratus ribu rupiah dan sedangkan untuk
kendaraan roda empat sebesar 1 juta rupiah. Peraturan ini mulai diberlakukan
pada Jum’at 1 November 2013. Penerapan
sanksi tersebut tentu bertujuan baik agar laju Transjakarta lancar, tak
terhalang lalu – lalang kendaraan lainnya yang menyerobot jalur angkutan massal
tersebut. Dengan adanya penerapan sterilisasi jalur Transjakarta ini, ada yang
menyambut nya dengan baik dan juga ada yang menentang. Mereka yang menyambut
baik, adalah masyarakat umum yang menggunakan alat transportasi Transjakarta,
mereka merasakan kelancaran perjalanan mereka belakangan hari ini sedangkan
berbanding terbalik dengan ketidaknyamanan mereka yang menggunakan kendaraan
pribadi atas keadaan lalu lintas di Ibukota. Lalu adakah solusi yang yang bisa
menyelesaikan masalah ini?
Menurut pandangan dan pendapat saya adalah adanya
masalah peningkatan kemacetan yang terjadi akibat penerapan sistem pensterilan jalur
Transjakarta ini adalah seperti suatu perang psikologi antara pihak pemerintah
dan masyarakat yang memiliki kendaraan pribadi. Jika melihat tujuan awal dari
adanya Transjakarta ini adalah
mengurangi kemacetan , dengan mengajak atau memindahkan masyarakat untuk
menggunakan alat transportasi umum (Transjakarta) dibandingkan dengan
menggunakan kendaraan pribadi, namun hal tersebut juga dibarengi dengan adanya
serangan penjualan mobil murah dimana masyarakat dengan mudah memiliki
kendaraan pribadi. Hal tersebut menambah banyaknya volume kendaraan yang ada.
Dengan penerapan sterilisasi jalur Transjakarta membuat masyarakat yang
berkendara merasakan stress atau jenuh
berlama – lama dengan kemacetan yang terjadi sehingga diharapkan
masyarakat mengubah pola pikir untuk pindah ke transportasi masal yang bisa
lebih cepat, hemat, dan nyaman.
Selain dari pola pikir masyarakat
yang dirubah, tentu alat transportasi masal tersebut juga harus memperbaiki citranya
sebagai transportasi yang dapat diandalkan (cepat,hemat,dan nyaman) .
Perbaikan yang bisa dilakukan adalah
dengan menambah armada bus sehingga selang waktu antara armada tidak terlalu
lama sehingga tidak mengakibatkan jalur Transjakarta menjadi kosong yang dapat mendorong
pengendara lain untuk menggunakan jalur Transjakarta , disamping itu banyak nya
armada juga bertujuan untuk siap menampung penumpang Transjakarta.
Hal kedua yang dapat dilakukan adalah
memperluas jangkauan perjalanan Transjakarta agar masyarakat dapat dengan mudah
menggunakan transportasi Transjakarta tersebut, dikarenakan selama ini banyak
masyarakat yang tidak mau menggunakan Transjakarta karena tidak mencakup dengan
tujuan perjalanan mereka.
Selanjutnya yaitu dengan mengubah
sistem perjalanan busway dengan cara melawan arah dengan kendaraan selain
Transjakarta, hal tersebut bisa dilakukan agar memberi pelajaran kepada
masyarakat lewat psikologis atau mental mereka yang takut untuk masuk atau
menggunakan jalur Transjakarta yang dapat membahayakan diri mereka sendiri.
Hal diatas adalah beberapa solusi
menurut saya yang bisa dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat untuk
pindah menggunakan alat transportasi masal (Transjakarta). Pada dasarnya malsah
kemacetan yang terjadi di Ibukota Jakarta ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh keberadaan
Transjakarta dan jalurnya. Namun berbagai alasan lain nya yaitu seperti alat
transportasi masal lain selain Transjakarta seperti Kopaja dan Metromini yang
harus segera diremajakan dan dilengkapi dengan fasilitas yang nyaman, dengan
sistem menaik dan menurunkan penumpang di halte agar mengundang masyarakat mau
untuk menggunakannya. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah kecepatan
kendaraan pun sangat mengakibatkan kemacetan, kecepatan yang telah diberlakukan
adan 20 – 40 km/ jam. Apabila kecepatan setiap kendaraan masih kurang lebih
sama maka tidak akan adanya penumpukan kendaraan dan juga ketidakteraturan
lalulintas.
Kembali lagi kepada masalah
Transjakarta, adanya kebijakan pensterilan jalur Transjakarta dapat di sambut
dengan baik namun hal tersebut harus dibarengi dengan pelaksanaan yang baik dan
benar juga.Jangan dengan adanya penerapaan ini justru menguntungkan salah satu
pihak dan merugikan banyak pihak. Karena aturan – aturan tersebut bukan hanya
sekedar aturan namun juga harus dilaksanakan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar